Senin, 20 Maret 2017

Akuntansi Internasional
Perbedaan PSAK 45-48 dengan IFRS/IAS

PSAK 45 Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba
No.
PSAK
IFRS
IAS
Perbandingan
45
ORGANISASI NILRABA
A. RUANG LINGKUP
Dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah, dan unit-unit sejenis lainnya. Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

IAS 12 mengatur
tentang beda
temporer (temporary
difference) antara
basis pajak dengan
basis komersil yang
dijadikan basis dalam mengakui
aktiva atau
kewajiban pajak
tangguhan



PENGATURAN

B. ACUAN                                                                SAK atau SAK ETAP untuk entitas yang tidak mempunyai akuntabilitas publik signifikan

Mencakup
perbedaan temporer
akibat adanya hibah
pemerintah
(government grants)
Mencakup
perbedaan temporer
akibat adanya hibah
pemerintah
(government grants)
Tidak mengatur
perlakuan perbedaan
temporer akibat
hibah pemerintah

Perbedaan
temporer dari Hibah
pemerintah


C. TUJUAN                                                 1) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba.
2) Diharapkan laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.




D. DEFINISI
1) Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.
2) Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.
3) Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
4) Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.





E. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
1) Tujuan utama à menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditor, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba.
2) Tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai:
3) Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu organisasi.
4) Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aktiva bersih.
5) Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan hubungan antara keduanya.
6) Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya.





F. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS NIRLABA
1) Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periuode laporan
2) Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
3) Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
Catatan atas laporan keuangan.





G. INFORMASI LIKUIDITAS
1) menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas, dan liabilitas berdasarkan tanggal jatuh tempo;
2) mengelompokkan aset ke dalam lancar dan tidak lancar, dan liabilitas ke dalam jangka pendek dan jangka panjang;
3) mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aset atau saat jatuh temponya liabilitas, termasuk pembatasan penggunaan aset, pada catatan atas laporan keuangan.





PSAK 46 Pajak Penghasilan
No.
PSAK
IFRS
IAS
Perbandingan
46
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
A. ASET DAN LIABILITIS PAJAK
Mengatur aset dan liabilitas pajak tangguhan yang berasal dari aset yang tidak disusutkan yang di ukur dengan menggunakan model revaluasi





B. TUJUAN
• Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
• mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak :
– pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas.
– transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan entitas.
• Mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut.


Perbedaan pengaturan dengan IAS 12 : SKP, penambahan kesesuaian dengan peraturan perpajakan untuk definisi aset pajak tangguhan



C. PERBEAAN KOMPEMPORER KENA PAJAK     Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak yang berasal dari:
pengakuan awal goodwill; atau
pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu transaksi yang:
bukan transaksi kombinasi bisnis; dan
pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena pajak (rugi pajak).
Perbedaan temporer kena pajak terkait dengan investasi pada entitas anak, cabang dan entitas asosiasi, dan pengaturan bersama, maka liabilitas pajak tangguhan harus diakui sesuai dengan paragraf 40.





D. Penilaian Kembali Aset Pajak Tangguhan  Tidak Diakui                                                               Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai kembali aset pajak tangguhan.
Entitas mengakui aset pajak tangguhan tidak diakui sebelumnya apabila kemungkinan besar laba kena pajak masa depan akan tersedia untuk dipulihkan.
Sebagai contoh, perbaikan kondisi perekonomian meningkatkan kemampuan entitas untuk menghasilkan laba kena pajak dalam jumlah yang memadai pada periode masa depan sehingga aset pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui menjadi memenuhi kriteria pengakuan





E. PENGUKURAN                                                        Liabilitas (aset) pajak kini diukur sebesar jumlah yang diharapkan untuk dibayar (direstitusi) kepada otoritas perpajakan, à tarif pajak (peraturan pajak) pada periode pelaporan.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan
Jika terjadi perubahan tarif di masa mendatang akan mempengaruhi pengakuai aset atau liabilitas pajak tangguhan.





F. PENYAJIAN                                                               Saling hapus
Entitas melakuan saling hapus atas aset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan hanya jika, entitas:
Memiliki hak secara hukum untuk melakukan saling hapus jumlah yang diakui; dan
Berniat untuk menyelesaikan dengan dasar neto, atau merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.
Entitas melakukan saling hapus aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan jika dan hanya jika:
entitas memiliki hak secara hukum untuk saling hapus aset pajak kini terhadap liabilitas pajak kini; dan
aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak penghasilan yang dikenakan oleh otoritas pajak atas entitas kena pajak yang sama atau entitas kena pajak berbeda yang akan merelaisasikan secara bersama






PSAK 47 Akuntansi tanah
No.
PSAK
IFRS
IAS
Perbandingan
47
PSAK ini mengatur akuntansi tanah sebagai aktiva tetap dan Beban Tangguhan untuk pengurusan legal hak atas tanah, sehingga tidak berkaitan dengan:
a) Tanah sebagai barang dagangan.
b) Tanah sebagai bahan baku produksi.
c) Tanah sebagai investasi properti (dalam pos investasi).
d) Tanah sebagai aktiva lain-lain.
e) Aktiva Tetap Tanah - Hak Sewa Guna Usaha.

Peraturan-peraturan pertanahan di Indonesia


Tujuan Pernyataan ini: a) Mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan tanah sebagai aktiva tetap dan penyusutannya. b) Mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan hak atas tanah sebagai Beban Tangguhan dan amortisasinya.






PSAK 48 Penurunan Nilai Aktiva
No.
PSAK
IFRS
IAS
Perbandingan
48
Dalam PSAK tidak menutup kemungkinan adanya pengakuan kewajiban jika nilai penurunan aktiva lebih besar dari nilai tercatatnya
Penurunan nilai aktiva tidak boleh melampauai batas nilai tercatatnya

Batas penurunan

Tidak ada pengaturan
Perusahaan tidak diperkenankan melakukan reversal atas penurunan nilai Goodwil pada periode interim sebelumnya

Reversal atas penurunan nilai Goodwil


Jumat, 20 Mei 2016

STRUCTURE and WRITTEN

SKILL 1 : SUBJECTS AND VERBS
Some sentences in English have just one subject and verb, and it is very important for you to find the subject and verb in these sentences. In some sentences it is easy to find the subject and verb. However, certain structures, such as objects of prepositions, appositives, and participles, can cause confusion in locating the subject and verb because each of these structures can look like a subject or verb. An object of the preposition or an appositive can be mistaken for a subject, while a participle can be mistaken for a verb.
Therefore, you should be able to do the following in sentences with one subject and verb: 1) be sure the sentence has a subject and a verb, 2) be careful of objects of prepositions and appositives when you are looking for the subject, and 3) be careful of present participles and past participles when you are looking for the verb.
You know that a sentence in English should have a subject and a verb. The most common types of problems that you will encounter in the Structure section of the TOEFL test are related to subjects and verbs; perhaps the sentence is missing either the subject, or the verb, or both; perhaps the sentence has an extra subject or verb. A preposition is followed by a noun or pronoun that is called an object of the preposition. If a word is an object of a preposition, it is not the subject.

Example    :
1. The book________Sent to you yesterday.
    (A) It was
    (B) Were
    (C) Is
    (D) Was

2. Engineers________ for work on the new space program.
    (A) necessary
    (B) are needed
    (C) hopefully
    (D) next month

3. Fitzgerald_______ the society of the 1920's in his novel, The Great Gatsby.
    (A) reflect
    (B) reflects
    (C) are reflecting
    (D) have reflected

4. _________ was backed up for miles on the freeway.
    (A) Yesterday
    (B) In the morning
    (C) Traffic
    (D) Cars

5. The newspapers______every morning.
    (A) delivery
    (B) are delivered
    (C) on time
    (D) regularly

6. After she had perused the material, the secratary decided that everything ___ in order.
    (A) Is
    (B) Are
    (C) Was
    (D) Were

7. A pack of wild dogs ____ frightened all the ducks away.
    (A) Is
    (B) Are
    (C) Have
    (D) Has

8. Anything _____ better than going to another movie tonight.
    (A) Is
    (B) Are
    (C) Was
    (D) Were

9. Skating _____ becoming more popular every day.
    (A) Is
    (B) Are
    (C) Was
    (D) Were

10.There ____ been too many interruptions in this class.
    (A) Is
    (B) Are
    (C) Have
    (D) Has

SKILL 3: PRESENT PARTICIPLES
Present participles can-cause confusion in the Structure section of the TOEFL test because a present participle can be either an adjective or a part of the verb. A present participle is the – ing form of the verb. It is part of the verb when it is preceded by some form of the verb be.

Example    :
1. When we came home last night we saw a man ____ to get on our roof.
    (A) trying
    (B) tried
    (C) he tries
    (D) to try

2. The first school day is a frightening experience for many children. The underlined phrase means ; an experience ____ many children.
    (A) that frightens
    (B) it frightens
    (C) who frightens
    (D) which will frightens

3. The young man ____ by this Institute are all good university graduates.
    (A) employ
    (B) employed
    (C) to employee
    (D) employing

4. A few days after the interview, I received a letter ____ me a job.
    (A) has offered
    (B) offered
    (C) being offered
    (D) offering

5. ____ by mountains, the city has a cool climate.
    (A) Be surrounded
    (B) Surrounded
    (C) Surrounding
    (D) Having surrounded

6. The people ____ during the war were mostly young soldiers.
    (A) killing
    (B) killed
    (C) were killed
    (D) were killing

7. _____ her mistakes, the stewardess immediately apologized to the passenger.
    (A) Realized
    (B) In realizing
    (C) Realizing
    (D) She realized

8. The accident ____ a bus and two cars took the lives of four people and injured numerous others.
    (A) to involve
    (B) involving
    (C) to be involved
    (D) it involves

9. Being an outstanding student in our school, he has been offered a scholarship to study in Australia.
   The underlined words means ____ of our school.
    (A) If he is an outstanding student
    (B) Although he is an outstanding student
    (C) When he is an outstanding student
    (D) As he is an outstanding student

10.Talking excitedly to each other, they forgot to finish the exercises.
     The underlined word means ____ , they forgot to finish the exercises.
    (A) Although they talked excitedly
    (B) In order that they could talk excitedly
    (C) Because they were talking excitedly
    (D) When they had talked excitedly

Senin, 04 Januari 2016

PROSES PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

PROSES MENGARANG ILMIAH

Secara umum, tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam menyusun karangan ilmiah dibagi menjadi lima tahap, yaitu: (1) persiapan, (2) pengumpulan data, (3) pengorganisasian dan pengonsepan, (4) pemeriksaan atau penyuntingan konsep, dan (5) penyajian.

Tahap persiapan adalah tahap awal yang perlu dilakukan dalam menulis karangan ilmiah. Tahap ini terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis. Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas. Setelah menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan judul dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat sebuah karangan ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya akan membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang akan menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur dalam memaparkan atau menganalisis masalah.
Tahap kedua dalam menulis karangan ilmiah adalah pengumpulan data. Data dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu, media dan lapangan. Data yang diperlukan dapat diperoleh dari media, antara lain buku, koran, majalah, internet, ataupun media yang lain. Selain itu, data juga dapat diperoleh langsung di dalam lapangan. Data yang berasal dari lapangan dapat diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara, atau eksperimen. Data yang dikumpulkan haruslah data yang relevan dengan karangan yang akan dibuat.
Dalam pengorganisasian atau pengonsepan, data yang telah kita peroleh dibagi berdasarkan jenis, sifat, atau bentuk. Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan penganalisisan data dengan menggunakan teknik yang diperlukan. Misalnya, data yang bersifat kuantitatif dapat diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik atau metode statistik. Setelah data diolah dan dianalisis, kemudian dapat dilakukan pengonsepan karangan ilmiah sesuai dengan kerangka yang telah dibuat.
Tahap keempat adalah pemeriksaan atau penyuntingan konsep. Dalam tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap konsep yang saling bertentangan maupun yang berulang-ulang. Dalam tahap ini, penjelas yang tidak diperlukan maka akan dibuang, sedangkan penjelas baru yang akan mendukung karangan akan ditambahkan untuk menunjang pembahasan. Tahap terakhir dalam menyusun karangan ilmiah adalah penyajian. Dalam penyajian karangan ilmiah haruslah diperhatikan dari segi bahasa dan bentuk penyajian. Kalimat yang digunakan dalam menulis karangan ilmiah harus sesuai dengan standar Bahasa Indonesia yang baku. Sedangkan dalam bentuk penyajian, perlu diperhatikan urutan unsur-unsur karangan dan ketentuan yang berlaku.



PENYAJIAN KARYA ILMIAH

Secara garis besar, Struktur Penyajian Karya Ilmiah terdiri atas bagian; Pendahuluan, Pokok pembahasan, dan Penutup. Dengan demikian, sebuah karya ilmiah akan selalu mulai dengan suatu  pengantar yang menuju ke pokok pembahasan, dan diakhiri dengan penutup yang dapat berupa simpulan dan rekomendasi.

Bagian Pengantar. Bagian pengantar atau sering disebut pendahuluan dapat berupa latar belakang yang menggambarkan penting nya topik yang akan dibahas, tujuan penulisan, dan mungkin juga ruang lingkup penulisan. Luas cakupan bagian pembuka atau pendahuluan ini bervariasi sesuai dengan jenis karya ilmiah yang ditulis. Ada bagian pendahuluan yang hanya terdiri dari satu atau dua paragraf, ada pula yang terdiri dari satu bab yang dibagi lagi menjadi subtopik.

Bagian Inti. Bagian inti atau pokok pembahasan sebuah karya ilmiah merupakan bagian yang paling besar dalam sebuah karya ilmiah. Tergantung dari luasnya masalah yang di bahas atau dari jenis karya ilmiah yang ditulis, bagian pembahasan ini dapat sangat panjang dan dapat pula sangat singkat. Skripsi, tesis, dan disertasi mungkin mencantumkan beberapa bab yang dapat dikelompokkan sebagai bagian inti, sedangkan artikel ilmiah mungkin mencamtumkan beberapa subtopik. Namun yang jelas bagian inti atau pokok pembahasan ini memberi kesempatan kepada penulis untuk memaparkan proses kejadian /penelitian yang di lakukan atau hasil kajian yang akan diungkapkan.
Bagian penutup.

Bagian penutup merupakan bagian akhir dari sebuah tulisan. Seperti halnya pada bagian pendahuluan dan bagian inti, bagian penutup sebuah karya ilmiah juga mempunyai struktur kajian yang khas, yang berbeda dari bagian penutup jenis tulisan lain. Sebuah karya ilmiah biasanya ditutup dengan simpulan dan harapan atau rekomendasi.


Daftar Pustaka :

http://www.kompasiana.com/blankstate/tahap-tahap-penyusunan-karangan-ilmiah_54f41169745513a32b6c853b

FORMAT MAKALAH ILMIAH

Pembahasan tentang aturan penulisan karya ilmiah ini, hanya membahas secara umum saja, seperti Bahasa yang digunakan, jenis kertas, format pengetikan, margin, spasi dan penomoran halaman. Untuk lebih jelasnya, silahkan pahami pembahasan berikut ini.

1. Bahasa
Penulisan dalam Bahasa Indonesia menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Departemen Pendidikana dan Kebudayaan).

2. Kertas

    -Kertas ukuran A4 (21 X 29,7 cm)
    -Jenis kertas HVS dengan bobot 80 gram
    -Untuk sampul menggunakan kertas Buffalo


3. Pengetikan

    -Jenis huruf (font) adalah Times New Roman dengan ukuran 12.
    -Ukuran huruf (font) 10 atau 11 dapat digunakan untuk isian dalam tabel atau keterangan gambar (tidak termasuk untuk judul).
    -Huruf miring (italic) digunakan untuk kata asing, nama buku dan majalah atau publikasi ilmiah pada catatan kaki (tidak termasuk dalam daftar pustaka).
    -Judul bab diketik 6 spasi dari batas atas kertas.
    -Judul subbab pada bagian bawah halaman harus diikuti dengan dua baris penuh di bawahnya (jika tempat tidak memungkinkan, harus dimulai pada halaman berikutnya).
    -Kata terakhir pada suatu halaman tidak boleh dipenggal ke halaman berikutnya, seluruh kata harus diketik pada halaman berikutnya.
    -Alinea dapat dipisahkan dengan indentasi atau perbedaan spasi.
    -Jarak indentsi bebas tetapi konsisten.


4. Margin

    -Jarak margin atas, bawah dan kanan adalah 3 cm (1,2 in) dari pinggir kertas.
    -Jarak margin kiri adalah 4 cm (1,6 in) dari pinggir kertas.
    -Semua tabel dan gambar harus berada dalam margin.


5. Spasi

    -Secara umum, keseluruhan tulisan harus berspasi ganda
    -Spasi tunggal digunakan untuk judul, judul bab, judul sub bab, kutipan, tabel, judul  tabel, judul gambar, entri bibliografi dan naskah pada abstrak makalah ilmiah.
    -Spasi tripel digunakan untuk antar tabel, antar gambar, antar tabel dan naskah, dan antar gambar dan naskah.
    -Spasi empat digunakan antara nama penulis dan baris pertama naskah pada halaman abstrak, antara "Daftar Tabel" dan baris pertama judul tabel pada halaman daftar tabel, antara "Daftar Gambar" dan baris pertama judul gambar pada halaman daftar gambar dan antara judul bab dan sub bab atau baris pertama naskah.
    -Jarak (jumlah ketukan antar kata) dalam tulisan: Jarak satu ketukan digunakan antar kata dan  setelah semua tanda baca kecuali titik pada akhir kalimat, titik dua, titik koma, tanda tanya dan tanda seru. Jarak satu ketukan digunakan sesudah titik untuk singkatan gelar dan nama. Jarak dua ketukan digunakan setelah tanda baca titik pada akhir kalimat, titik dua, titik koma, tanda tanya, dan tanda seru. Antara titik dan singkatan lain dalam suatu gelar (misalnya Ph.D., S.H.) tidak mempunyai jarak, begitu juga dengan angka lain yang menunjukkan waktu dan bilangan ribuan.


6. Penomoran Halaman

    -Nomor halaman diketik tanpa tanda petik ataupun tanda hubung.
    -Nomor halaman ditempatakan di samping kanan, satu spasi di atas margin atas dan berjarak 3 cm (1,2 in) dari pinggir kanan kertas.
    -Pada halaman yang memuat judul utama (bab), nomor halaman tidak dicantumkan tetapi termasuk dihitung.
    -Semua halaman dinomori, kecuali halaman pertama yang kosong, halaman judul, halaman muka, dan halaman pertama suatu bab.


Daftar Pustaka :
http://karyatulisilmiah.com/format-dan-konsep-dasar-menyusun-laporan-penelitian/

http://malelas.blogspot.co.id/2013/10/format-dan-aturan-penulisan-karya.html

Senin, 16 November 2015

KONSEP MENULIS LAPORAN ILMIAH

SYARAT MINIMAL KARYA ILMIAH
1.Menggunakan bahasa tulis     sebagai     media,
2.Membahas konsep ilmu pengetahuan,
3.Disusun secara sistematis,
4.Dituangkan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

CIRI-CIRI KARYA ILMIAH
objektif, artinya memiliki objek dan memberikan penilaian secara objektif terhadap objek tersebut,
faktual, artinya dibuat berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,
bermetode artinya disusun berdasarkan metode ilmiah tertentu,
cermat dan jujur artinya mengangkat hal yang sebenarnya.

Karya tulis ilmiah merupakan kajian atas sebuah masalah tertentu yang tujuan pembahasannya harus mampu memberikan alternatif penyelesaian masalah tersebut.

Karya ilmiah yang tidak mampu memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis tidak bisa dikategorikan karya ilmiah yang baik.

SISTEMATIK ARTIKEL

-JUDUL
-NAMA PENULIS
-ABSTRAK DAN KATA KUNCI
-PENDAHULUAN
-BAGIAN INTI
-PENUTUP ATAU KESIMPULAN
-DAFTAR PUSTAKA

TAHAPAN PENULISAN

Tahap persiapan:
-Pemilihan topik (dikuasai, baru, menarik, bermanfaat)
-Pembatasan topik
-Pengumpulan pustaka
-Penentuan tujuan dan maksud
-Penyusunan kerangka
Tahap pengumpulan data
Tahap analisis data
Tahap penulisan
Tahap perbaikan dan pengeditan
Tahap Pelaporan

BAHASA DALAM KARYA TULIS ILMIAH
Baku
Denotatif
Berkomunikasi dengan pikiran bukan perasaan
Kohesif
Koheren
Mengutamakan kalimat pasif
Konsisten
Logis
Efektif
Kuantitatif


Daftar Pustaka :
 http://karyatulisilmiah.com/format-dan-konsep-dasar-menyusun-laporan-penelitian/
tass.telkomuniversity.ac.id
 

Rabu, 11 November 2015

PENYUSUNAN SINTESIS

Sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsoff (1986) yang menyatakan bahwa maksud sintesis yang utama adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Dalam perspektif lain “sintesis” merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatakan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah mengategorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang, menciptakan, mendesain, menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan, menyusun kembali, menghubungkan, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, menuliskan, mengatur.. Metode Sintesis Melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun satu pandangan dunia.

Pengertian Penyusunan Sintesis Sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.”Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsoff (1986) yang menyatakan bahwa maksud sintesis yang utama adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Dalam perspektif lain “sintesis” merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatakan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah mengategorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang, menciptakan, mendesain, menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan, menyusun kembali, menghubungkan, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, menuliskan, mengatur.. Metode Sintesis Melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun satu pandangan dunia

Ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan oleh penulis dalam membuat sintesis, di antaranya (Utorodewo dkk, 2004: 97):
(1) penulis harus bersikap objektif dan kritis atas teks yang digunakannya,
(2) bersikap kritis atas sumber yang dibacanya,
(3) sudut pandang penulis harus tajam,
(4) penulis harus dapat mencari kaitan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan
(5) penulis harus menekankan pada bagian sumber yang diperlukannya.

Daftar Pustaka :
https://haririyanto.wordpress.com/2015/05/30/softskill-bahasa-indonesia-3/
http://omdompet.blogspot.co.id/2014/01/ringkasan-abstrak-dan-sintesis.html

Sabtu, 17 Oktober 2015

KARANGAN ILMIAH DAN NON ILMIAH, SERTA METODE ILMIAH

1. Karangan Ilmiah

Menurut Brotowidjoyo, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuanyang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).

Karangan Ilmiah atau yang sering disebut karya ilmiah adalah karangan yang dibuat berdasarkan cara yang sistematis dan memiliki ciri-ciri tertentu. Demikian juga karangan non ilmiah memiliki ciri khasnya tersendiri. Lalu bagaimana membedakan satu sama lainnya, di dalam tulisan ini akan dijelaskan bagaimana membedakan antara semua jenis karangan tersebut.

Hal-hal yang harus ada dalam karya ilmiah antara lain:
1.  Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.

2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.

3. Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.

4. Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar,
yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.

5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung
dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.

6. Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi
(paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

Ciri – Ciri Karya Ilmiah:

Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu :
a. struktur sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

b. komponen dan substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

c. sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

d. penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Selain ciri-ciri diatas karangan ilmiah juga mempunyai ciri-ciri, antara lain:

Kejelasan.Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
Kelogisan.Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal.
Kelugasan.Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
Keobjektifan.Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
Keseksamaan.Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
Kesistematisan.Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
Ketuntasan.Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.

Macam – macam karangan ilmiah:
Ada berbagai macam karangan ilmiah, berikut diantaranya :

-Laporan penelitian. Laporan yang ditulis berdasarkan penelitian. Misalnya laporan penelitian yang didanai oleh Fakultas dan Universitas, laporan ekskavasi arkeologis yang dibiayai oleh Departemen Kebudayaan, dsb.
-Skripsi. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik sarjana strata satu (Si).
-Tesis. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik strata dua (S2), yaitu Master.
-Disertasi. Tulisan ilmiah untuk mendapat gelar akademik strata tiga (S3), yaitu Doktor.
-Surat pembaca. Surat yang berisi kritik dan tanggapan terhadap isi suatu tulisan ilmiah.
-Laporan kasus. Tulisan mengenai kasus-kasus yang ada yang dilandasi dengan teori.

2. Karangan Non Ilmiah

    Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

Ciri-ciri Karya Tulis Non-Ilmiah:

-Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
-Fakta yang disimpulkan subyektif.
-Gaya bahasa konotatif dan populer.
-Tidak memuat hipotesis.
-Penyajian dibarengi dengan sejarah.
-Bersifat imajinatif.
-Situasi didramatisir.
-Bersifat persuasif.
-Tanpa dukungan bukti.

Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah :
dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.

3.METODE ILMIAH


Pengertian Metode Ilmiah

    Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.
Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
   
    Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.

Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis


    Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.

Metode ilmiah didasarkan pada data empiris

    Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.

Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
    Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah

Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:

1.Merumuskan masalah.
2.Merumuskan hipotesis.
3.Mengumpulkan data.
4.Menguji hipotesis.
5.Merumuskan kesimpulan.

Merumuskan Masalah
    Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

Merumuskan Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Mengumpulkan Data
    Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

Menguji Hipotesis

    Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

Merumuskan Kesimpulan
    Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.



Daftar Pustaka :

https://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2013/07/pengertian-dan-langkah-langkah-metode-ilmiah.html